Sunday, September 23, 2012

Night......

karena melewati Malam, aku dapat bermimpi tentang cita-cita yang hilang, asa yang tak sebenarnya ada, rindu yang selalu membumbung tinggi, dan mengubah realita yang ada. 

Percayalah, bahwa Malam membuat segalanya dirasa menjadi lebih baik. Bersyukur, pada Ia, yang selalu memberikan Malam, yang menjadikan segala sesuatunya lebih baik.




Good Night Mom, Dad, Irham, Irma, Bang eja :)

Saturday, September 15, 2012

Dua lingkaran tak berujung

Awalnya hanya coba-coba, mendaftarkan diri menjadi Pemandu, bekerja pake hati bukan ambisi, di PPSMB Reformasi.
 
Hasilnya...... Diterima, saya dipasangkan oleh sesosok asing, teman seangkatan saya berambut gondrong, dan belum pernah saya kenal, hanya tau nama dan kegiatan sehari-harinya di kampus yang suka berkelana di hutan rimba, kawan saya tersebut bernama Dio.

“hah gila, rambut gondrong anak Maye, pasti orangnya keras nih” Ekspektasi pertama

Abis training pemandu “NGUAHAHAHAHAHA AGUNG HERCULES” siapa sangka dio si rambut gondrong tukang ngelawak bermuka datar. Jarang ngomong sekalinya ngomong bikin ketawa doang. Dont judge a book by the cover saya rasa adalah satu pepatah yang benar bro. Dio mengubah mindset saya bahwa, ada orang berambut gondrong hati hello kitty cimi-cimi.

Kami dipilih untuk memandu kelompok 8 yang mungkin diharuskan kurang beruntung karena dapet kakak pemandu yang salah jalan. Dalam seminggu kami berinteraksi melalui PPSMB. Duka cita, senang, peluh, kesah menjadi satu dan dari sanalah keluarga terbentuk. Keluarga kelompok 8 :)

Abis kelar ospek, merayakan hari-hari kemenangan setelah nestapa penderitaan tiada akhir selama 3 hari
dari kiri atas "sherina - khansa - saski - hilda - inka - rana - tita (komdis) - regina - karina - zia - novi - dio"
Dari kiri bawah "adit - mail - dimas - ageng - fakhriy - gati - brian (paling depan)"
 

makan-makan gathering kelompok 8 @Muara Kapuas :)

"Delapan itu terdiri dari dua lingkaran tanpa ujung, semoga kita juga begitu, persaudaraannya tak pernah tanpa ujung, tanpa akhir. selamanya di hati, sampai nanti" :)

Penghuni baruuuu

Dikarenakan kura-kura gue yang diminta ponakan mbak kosan, akhirnya peliharaan tinggal sebuah Kaktus asal Jawa Barat yang pernah gue posting sebelumnya, bernama Pablo. yang sering diusik oleh kucing tetangga hingga dia pernah terkapar di lantai tak berdaya.

Mau kena badai apapun, wajahnya gak pernah berubah. Selalu tersenyum. Tapi jika sebuah simpul senyum itu dapat berbicara, pastilah gue udah dimarahi olehnya karena sekarang dia hanya sendirian. Di teras atas. Tanpa teman. Tanpa teman berbicara selain tokek diatas kamar yang super berisik.

Tiba-tiba, Mbak mar, mbak kosan super baik memberikan ganti kura-kura yang diminta ponakannya, dengan dua kaktus munyu-munyu :3 karena gue gatau beli pot hias kayak punya Pablo dimana, akhirnya gue beliin gelas plastik. Maapin eke ya nak kaktus :''

Trio Kaktus

kalo trio macan bisa joget eksotis. Kaktus gue bisa berdiri eksotis kalo lagi berjemur. Tetep aja Pablo keliatan paling nyentrik dari kedua temannya. -_____-' 
Dari semua peliharaan yang pernah gue pelihara, spesies Kaktuslah yang paling gampang buat dirawat, cukup diberikan sedikit air dan tidak perlu disiram setiap hari. Cukup ditaruh di tempat yang terkena sinar matahari. Voilaaaa, Kaktus anda akan sehat!

Setelah melalui perdebatan panjang bersama Mbah Marijan alias mbah melankolis asal bogor mengenai nama ketiga kaktus ini. Tercetuslah 3 deret nama tersebut, yakni......
Ipeh - Pablo - Monlo
*dari kiri*

Pablo, tak perlu ditanya lagi. Nama ini udah paling keren dari segala nama dan jenis sesuatu yang pernah gue pelihara. Keeropaan. Macem nama aktor di Telenovela. Walaupun bentuknya agak kecewekan, tapi Pablo ini berjenis Jantan. Kepala botaknya, kini sudah tumbuh sedikit rambut diatas kepalanya. Ia sudah tumbuh dewasa sekarang. Emak bangga :')

Ipeh, nama ini paling Lokal dari semua nama kaktus lain. Agak ke betawian. tapi genre Indonesia. Sejauh mata memandang, Ipeh paling cantik. Dia paling subur, dan kata mbaknya, Ipeh bisa numbuh penuh satu pot biasanya. We will see, seberapa banyak lagi dia bisa tumbuh menjadi sebegitu cantiknya lagi :)

Monlo, Super Absurd dari segi nama dan bentuk. Lonjong-lonjong kayak lontong ijo mini. Dia juga paling terlihat kurang subur. Walaupun sehat sebenarnya, cuman Fisiknya aja agak kurang meyakinkan. Jenis kelaminnya, gue putuskan hmmmmm Jantan! Jadi 2 Kaktus Jantan dan 1 Betina. Nama Monlo juga penuh perdebatan, tadinya mau diganti jadi Mincu biar agak chinese, Asia punya. Tapi katanya "mincu tuh kayak nama mimin yang dibikin versi banci nya -_-"

Takut Mimin ngambek dikira namanya dibuat versi Banci. Akhirnya Fixlah tiga nama untuk Trio kaktus ini : Pablo - Ipeh - Monlo :))

Sekarang, 3 kaktus ini turut memeriahkan kehidupan kamar kosan gue, setiap keluar kamar pagi hari sambil ngumpulin nyawa mau mandi, akan selalu ada 3 makhluk hidup yang nangkring depan kamar. Rasanya kayaaaak ada temen aja. Nyiram mereka pake air. Setidaknya ada sesuatu yang bisa gue kerjakan untuk mereka. Merawat mereka. Bahagia itu sederhana, cukup dengan merasa bermanfaat untuk sekitar dan bersyukur dengan apa yang kita punya. Hidup itu Bahagia, kalo kita membuatnya begitu membahagiakan :)

Congratulation Pablo, now you've friends :))

Friday, September 7, 2012

Fiksi tokek

Saya hanyalah sebentuk makhluk ciptaan tuhan yang berfisik menjijikan bagi beberapa manusia. Bahkan, mendengar suaraku saja mereka segera menutup telinga rapat-rapat. Mereka percaya bahwa ketika aku bersuara, apabila berjumlah ganjil maka ada roh halus yang sedang mendekati mereka. Padahal kami bersuara hanya karena sedang jaga ronda. Dasar Manusia, dicipta pintar tapi kadang berpikir tidak logis.

Sekarang, rumah kosong yang aku tempati telah digunakan oleh beberapa manusia. Tempatku tergusur, aku harus hinggap di atas kamar nomor 8 yang penghuni kamarnya selalu saja ribut setiap kali mendengar nama jenis spesiesku, namanya Nuli kudengar. Singkat cerita, rupanya Nuli ini acap kali mempunyai ide-ide liar dengan spesiesku. Pernah kudengar Ia berkata begini kepada temannya “Kalo kamu bisa nangkep tokek dan kamu jual, harganya mahal loh" atau “ternyata tokek goreng berkhasiat nyembuhin penyakit gatel-gatel, widiih obat mujarab” Dia berniat membunuhku. Ah sial, kenapa manusia tidak berdamai saja dengan makhluk spesies sepertiku, aku hanya ingin hidup selayaknya makhluk yang lain. Itu saja. 

Semakin Ia merasa risih semakin sering kubunyikan suaraku. Ku buat rencana, bersuara setiap malam dari setiap sisi di kamar tidurnya. hingga Ia terus berteriak “AAAKHHHH TOKEEK DIEEM, GORENG NIIH” setiap Ia berkata itu, aku langsung berhenti, takut dengan ancaman goreng! Bayangkan jika tubuhku harus dipotong dan digoreng, aku tak sanggup membayangkannya. Tetapi ancaman itu tak berarti menyusutkan semangatku untuk tetap gencar membiasakan mereka mendengar suaraku. “tokeeek. Tokeeeek. TOKEEEEK” dan Nuli tetap saja ketakutan. Hingga Ia kadang terkentut-kentut.

Setiap hari, ancaman dari kawanan spesiesku terus melakukan gencaran, tujuan kami satu : mengusir mereka atau membiasakan mereka dengan keberadaan kami. Kami ingin hidup, kami memperjuangkan sekelompok kawanan kami, masa depan dan cucu turunan kami.

Hari-hari berlalu, Nuli tak seribut seperti biasanya lagi. Kini ia, suka menyapaku yang suka nangkring tepat di atas kamarnya, terkadang Ia suka bercerita apa saja dan aku hanya mendengar dari atas kamarnya. Dulu setiap pagi Ia selalu mengeluh jika harus menyapu kotoranku, tetapi sekarang Ia menadahkan tempat sampahnya tepat di atas tempat kediamanku. Kami sekarang hidup beriringan, spesies kami tak lagi harus berperang demi tempat hidup kami. Namun, kudengar dari kotak yang mengeluarkan gambar dan suara, di luar sana masih ada sekelompok manusia yang tempat hidupnya terus tergusur dan ditindas? Tidakkah manusia lebih cerdas dan mempunyai hati nurani? Bagaimana bisa sesama manusia saling menggusur dan menindas?

Ah, aku hanyalah seekor hewan yang tak patut mencari tau dan mencoba menyelesaikan perkara dunia manusia. Yang kutau kini, manusia dan hewan dapat hidup berdampingan. Kini aku punya anak 1, kuberi nama dia Uza, sesuai dengan sedikit nama belakang dari penghuni kamar nomor 8 ini. Menyenangkan hidup dalam kedamaian bersama Nuli. Aku harap, kita bisa saling terus hidup bersama. Salam Raja Tokek!

Inspired by Rico de Coro - Filosofi Kopi :)