Saya hanyalah
sebentuk makhluk ciptaan tuhan yang berfisik menjijikan bagi beberapa
manusia. Bahkan, mendengar suaraku saja mereka segera menutup telinga
rapat-rapat. Mereka percaya bahwa ketika aku bersuara, apabila berjumlah
ganjil maka ada roh halus yang sedang mendekati mereka. Padahal kami
bersuara hanya karena sedang jaga ronda. Dasar
Manusia, dicipta pintar tapi kadang berpikir tidak logis.
Sekarang, rumah
kosong yang aku tempati telah digunakan oleh beberapa manusia.
Tempatku tergusur, aku harus hinggap di atas kamar nomor 8 yang
penghuni kamarnya selalu saja ribut setiap kali mendengar nama jenis
spesiesku, namanya Nuli kudengar. Singkat cerita, rupanya Nuli ini
acap kali mempunyai ide-ide liar dengan spesiesku. Pernah kudengar Ia
berkata begini kepada temannya “Kalo kamu bisa nangkep tokek dan
kamu jual, harganya mahal loh" atau
“ternyata tokek goreng berkhasiat nyembuhin penyakit gatel-gatel,
widiih obat mujarab” Dia berniat membunuhku. Ah sial, kenapa
manusia tidak berdamai saja dengan makhluk spesies sepertiku, aku
hanya ingin hidup selayaknya makhluk yang lain. Itu saja.
Semakin Ia merasa
risih semakin sering kubunyikan suaraku. Ku buat rencana, bersuara
setiap malam dari setiap sisi di kamar tidurnya. hingga Ia terus
berteriak “AAAKHHHH TOKEEK DIEEM, GORENG NIIH” setiap Ia berkata
itu, aku langsung berhenti, takut dengan ancaman goreng! Bayangkan
jika tubuhku harus dipotong dan digoreng, aku tak sanggup
membayangkannya. Tetapi ancaman itu tak berarti menyusutkan
semangatku untuk tetap gencar membiasakan mereka mendengar suaraku.
“tokeeek. Tokeeeek. TOKEEEEK” dan Nuli tetap saja ketakutan.
Hingga Ia kadang terkentut-kentut.
Setiap hari,
ancaman dari kawanan spesiesku terus melakukan gencaran, tujuan kami
satu : mengusir mereka atau membiasakan mereka dengan keberadaan
kami. Kami ingin hidup, kami memperjuangkan sekelompok kawanan kami,
masa depan dan cucu turunan kami.
Hari-hari berlalu,
Nuli tak seribut seperti biasanya lagi. Kini ia, suka menyapaku yang
suka nangkring tepat di atas kamarnya, terkadang Ia suka bercerita apa saja
dan aku hanya mendengar dari atas kamarnya. Dulu setiap pagi Ia
selalu mengeluh jika harus menyapu kotoranku, tetapi sekarang Ia
menadahkan tempat sampahnya tepat di atas tempat kediamanku. Kami
sekarang hidup beriringan, spesies kami tak lagi harus berperang demi
tempat hidup kami. Namun, kudengar dari kotak yang mengeluarkan gambar dan
suara, di luar sana masih ada sekelompok manusia yang tempat hidupnya
terus tergusur dan ditindas? Tidakkah manusia lebih cerdas dan
mempunyai hati nurani? Bagaimana bisa sesama manusia saling menggusur
dan menindas?
Ah, aku hanyalah
seekor hewan yang tak patut mencari tau dan mencoba menyelesaikan
perkara dunia manusia. Yang kutau kini, manusia dan hewan dapat hidup
berdampingan. Kini aku punya anak 1, kuberi nama dia Uza, sesuai
dengan sedikit nama belakang dari penghuni kamar nomor 8 ini.
Menyenangkan hidup dalam kedamaian bersama Nuli. Aku harap, kita bisa
saling terus hidup bersama. Salam Raja Tokek!
Inspired by Rico de Coro - Filosofi Kopi :)
2 comments:
wakaka ngakak. nama anak tokeknya faUZAni ya?:3
siapa nih yang comment? iyak, aku sekarang jadi melihara tokek di kosan -___-'
Post a Comment